FF/CHAPTER/ 안단테 ( ANDANTE ) BAB 3
안단테 ( ANDANTE ) BAB 3
AUTHOR : JNL05
TITLE : BAB 3 : THE BEGINNING
GENRE : Marriage Life, Romance
CATHEGORY : Chaptere , Mature
CAST : - Nam Ji Ho
- Joo Nara - Other
안단테 ( ANDANTE ) BAB 3
AUTHOR : JNL05
TITLE : BAB 3 : THE BEGINNING
GENRE : Marriage Life, Romance
CATHEGORY : Chaptere , Mature
CAST : - Nam Ji Ho
- Joo Nara - Other
" This is that make us together "
And The Story Begin.......
...
...
...
Tiga Bulan Sebelumnya ...
Joo Nara tengah merangkai bunga di dalam taman yang berada di dalam rumah nya saat bel rumahnya berbunyi. Memang semenjak Ibunya meninggal dunia 2 tahun yang lalu ia tinggal sendiri dan membuka toko bunga di rumahnya. Wanita itu berjalan menuju pintu rumah nya dan melihat dari intercom nya siapa yang datang. Joo Nara mengerutkan keningnya saat melihat sosok wanita paruh baya yang nampak masih sangat cantik berdiri di depan pintu rumah nya. Walau tak mengenalnya Joo Nara tetap membuka kan pintu rumah nya mungkin wanita paruh baya itu ingin membeli bunga pikirnya dalam hati.
" Annyeong Haseyo , ada yang bisa saya bantu ? " Sapa sekaligus tanya Joo Nara sambil tersenyum manis pada wanita paruh baya itu.
" Annyeong Haseyo " balas wanita paruh baya itu sambil melepas kacamata hitam yang sejak tadi di kenakan nya.
" Jeo Kim Hae Rin, kau pasti Joo Nara " sambung wanita paruh baya bernama Kim Hae Rin itu sambil mengulurkan tangan nya
Joo Nara mengulurkan tangan nya juga untuk berjabat tangan dengan wanita itu.
" Nde, Saya Joo Nara, mari silahkan masuk " balas Joo Nara sambil mempersilahkan Kim Hae Rin masuk kedalam rumah nya.
" Anda mau minum apa ? " ucap Joo Nara menawarkan
" Apapun " jawab wanita itu ramah sambil melihat - lihat rumah yang penuh dengan bunga dan juga tanaman bongsai itu.
Joo Nara kembali sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh di atasnya lalu meletakkan cangkir itu di hadapan Kim Hae Rin dan di dirinya.
" Silahkan di minum " seru Joo Nara sambil duduk di kursi.
" Gomawo Joo Nara~ssi " ucap wanita itu sambil meminum seteguk teh itu.
" Joo Nara~ssi apakah kau tidak mengingatku ? " tanya wanita itu sambil menatap Nara yang juga balik menatap nya.
" Wajah anda memang tidak asing tapi saya tidak dapat mengingat dimana kita bertemu " jawab Joo Nara jujur apa ada nya.
" Kita pernah bertemu saat kau berusia 15 tahun dan juga 2 tahun yang lalu di pemakaman Alm. Ibumu " seru wanita itu tersenyum
" Omo joeseonghaeyo Ajjumeonim " ucap Joo Nara sambil membungkuk kan badan nya berkali - kali. Ia benar - benar bodoh sampai tak mengenali wajah sahabat Ibunya sendiri.
" Gwaenchana Nara~ssi, lagipula itu semua sudah lama berlalu "
" Tetap saja aku merasa sangat tak enak " sesal Joo Nara menundukkan kepala nya jujur saja ia benar - benar merasa tak enak kepada sahabat ibunya itu.
" Nara~ssi sebenar nya aku ingin menyampaikan sesuatu padamu "
Joo Nara mengangkat kepala nya menatap sahabat ibunya itu lalu berkata.
" Ne katakan saja Ajjumeonim "
" Sebenar nya saat kau dan anakku masih kecil, aku dan Ibumu membuat sebuah perjanjian " Nyonya Kim terdiam sejenak memperhatikan wajah Joo Nara yang nampak menyimak kisah nya dengan baik.
" Janji dimana kami akan menikahkan anak kami kelak saat mereka dewasa "
Joo Nara cukup terkejut mendengar nya tapi ia tetap fokus mendengarkan kisah dari sahabat ibunya itu.
" Lalu , 2 tahun yang lalu sebelum Ibumu meninggal aku mengunjunginya dan ia memberikan ku ini "
" Apa ini ? " tanya Joo Nara sambil mengambil sebuah map yang di berikan Nyonya Kim pada nya.
" Surat Perjanjian bahwa aku dan Alm Ibumu akan menikahkan anak kami berdua "
" Ibumu sudah menanda tangani nya , tapi aku belum "
Joo Nara membaca isi surat itu. Ia tak mengerti kapan kira - kira Ibunya membuat surat ini tanpa sepengetahuan dirinya. Dan surat ini legal secara hukum yang berarti jika Nyonya Kim menanda tangani nya maka ia akan menikah dengan anak Nyonya Kim.
" Mengapa Ajjumeonim belum menanda tangani nya? " tanya Joo Nara penasaran sambil meletakkan surat itu di atas meja.
" Karena aku tak ingin memaksakan kehendak jika kalian tak ingin dinikah kan . Karena, mungkin kalian sudah memiliki kekasih " jawab Nyonya Kim mengambil berkas itu dan memasukkan kembali ke dalam tas nya.
" Jadi, Ajjumeonim ingin menanyakan padaku apakah aku bersedia menikah dengan putra ajjumeonim " Sahut Joo Nara hati - hati
" Ya , seperti itu. Ku dengar kau belum memiliki kekasih semenjak hubungan mu kandas dengan mantan kekasih mu itu "
Joo Nara tersenyum pahit setiap kali orang membahas tentang hubungan nya yang sudah lama kandas. Tentang mantan kekasih nya yang memilih menikahi wanita kaya daripada dirinya yang hanya wanita sederhana.
" Pasti Eomma yang memberitahu Ajjumeonim " Kata Joo Nara berusaha menampilkan senyum nya.
" Jadi, apakah kira - kira jawaban mu Nara~ssi ? " tanya Nyonya Kim kembali dengan nada serius.
Joo Nara berpikir sejenak. Ini adalah permintaan Ibunya sebelum meninggal. Selama ini ia belum merasa sudah menjadi anak yang baik dan mampu membahagiakan Ibunya. Ia rasa tak ada salah nya menerima pernikahan ini. Ia pun tak memiliki kekasih. Dan, sudah saat nya bukan untuk dirinya membuka hati dan mencari cinta yang baru.
Nyonya Kim menunggu jawaban Joo Nara dengan harap - harap cemas berharap wanita itu mau menerima nya.
" Ya Ajjumeonim aku bersedia menerima nya selama anak anda tak menolak nya juga " jawab Joo Nara yang langsung membuat Nyonya Kim menghembuskan nafas nya lega.
" Tenang saja, putraku juga tak akan menolak aku jamin itu " Kata Nyonya Kim santai.
" Gomawo Nara~ssi , ah boleh aku minta nomor mu ? " pinta Nyonya Kim sambil memberikan handphone nya kepada wanita itu.
" Tentu saja Ajjumeonim " jawab Joo Nara mengambil handphone itu dan mengetikkan nomor nya lalu mengembalikan nya kepada Nyonya Kim.
" Sekali lagi Gomawo Nara~ssi, Jika begitu aku pamit dulu " pamit Nyonya Kim bangkit dari posisi nya
" Aku akan menghubungimu " kata Nyonya Kim sebelum benar - benar pergi meninggalkan rumah Joo Nara.
Sepeninggalan Nyonya Kim Nara kembali melanjutkan kegiatan nya yang tertunda tadi. Di dalam benak nya terus berputar - putar pertanyaan apakah ia akan menyesalinya nanti.
Setelah bertemu dengan Joo Nara Kim Hae Rin meminta sopirnya mengantarkan dirinya kekantor putra nya. Ia ingin agar putra nya cepat menikah. Ia sudah cukup tua dan ia tak tahu akan bisa bertahan berapa lama lagi hidup di dunia ini.
" Eomma " seru Nam Ji Ho kaget melihat Ibunya ada di ruangan kerja nya saat ia membuka pintu. Ia baru saja menyelesaikan meeting dengan para investor dari luar negeri.
" Adeul~ah " sahut Nyonya Kim sambil berjalan memeluk putra nya.
" ada apa eomma datang ? " tanya Nam Ji Ho sambil balas memeluk ibunya.
"Ada yang ingin Ibu bicarakan dengan mu Ji Ho~ya " kata Nyonya Kim sambil berjalan bersama putra nya menuju sofa yang ada di ruangan putra nya itu.
" Tentang ? " tanya Ji Ho penasaran.
" Eomma sudah menjodohkanmu dengan anak dari sahabat baik Eomma " seru Nyonya Kim
" MWO " teriak Ji Ho terkejut mendengar ucapan ibunya itu.
" Wae kau terkejut sekali " kata Nyonya Kim santai
" Eomma, aku belum ingin menikah " sahut Ji Ho sambil menatap Ibu nya lelah. Ia lelah karena ibunya terus - terusan meminta nya menikah. Sedangkan dirinya kekasih saja tak punya.
" Jika kau tak mencoba membuka hatimu sampai kapanpun kau tak akan siap menikah Ji Ho~ya "
" Pikirkan lah keadaan eomma yang sudah tak lagi muda. Kau pikir berapa lama eomma bisa bertahan hidup. Eomma hanya ingin melihatmu menikah dan bahagia sebelum ajal menjemput eomma " Jelas Nyonya Kim menatap anak nya penuh permohonan.
" Jangan bicara seperti itu eomma, Kau akan hidup lama " Protes Ji Ho saat ibunya membahas soal kematian lagi dan lagi.
" Ayolah adeul setidak nya temui dia dulu. Kau pasti akan menyukai nya. Ia gadis yang baik, cantik dan bisa merawatmu menggantikan eomma " Bujuk Nyonya Kim berharap anak nya mau mendengarkan nya.
Nam Ji Ho berkelut dalam pikiran nya. Ia tak memiliki kekasih. Juga ia tak ingin mengecewakan Ibunya. Ia juga belum merasa menjadi putra yang baik. Jadi , ia rasa tak ada salahnya menuruti permintaan Ibunya ini.
" Arraseo, Arraseo akan aku terima " sahut Ji Ho yang luluh pada akhirnya.
" Gomawo Adeul~ah " kata Nyonya Kim menggenggam erat tangan anak nya itu.
" Apapun asal eomma bahagia akan aku lakukan " ucap Ji Ho yang membuat Nyonya Kim merasa sangat bersyukur memiliki putra yang sangat baik dan penurut seperti putra nya.
" This is that make us together "
And The Story Begin.......
...
...
...
Tiga Bulan Sebelumnya ...
Joo Nara tengah merangkai bunga di dalam taman yang berada di dalam rumah nya saat bel rumahnya berbunyi. Memang semenjak Ibunya meninggal dunia 2 tahun yang lalu ia tinggal sendiri dan membuka toko bunga di rumahnya. Wanita itu berjalan menuju pintu rumah nya dan melihat dari intercom nya siapa yang datang. Joo Nara mengerutkan keningnya saat melihat sosok wanita paruh baya yang nampak masih sangat cantik berdiri di depan pintu rumah nya. Walau tak mengenalnya Joo Nara tetap membuka kan pintu rumah nya mungkin wanita paruh baya itu ingin membeli bunga pikirnya dalam hati.
" Annyeong Haseyo , ada yang bisa saya bantu ? " Sapa sekaligus tanya Joo Nara sambil tersenyum manis pada wanita paruh baya itu.
" Annyeong Haseyo " balas wanita paruh baya itu sambil melepas kacamata hitam yang sejak tadi di kenakan nya.
" Jeo Kim Hae Rin, kau pasti Joo Nara " sambung wanita paruh baya bernama Kim Hae Rin itu sambil mengulurkan tangan nya
Joo Nara mengulurkan tangan nya juga untuk berjabat tangan dengan wanita itu.
" Nde, Saya Joo Nara, mari silahkan masuk " balas Joo Nara sambil mempersilahkan Kim Hae Rin masuk kedalam rumah nya.
" Anda mau minum apa ? " ucap Joo Nara menawarkan
" Apapun " jawab wanita itu ramah sambil melihat - lihat rumah yang penuh dengan bunga dan juga tanaman bongsai itu.
Joo Nara kembali sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh di atasnya lalu meletakkan cangkir itu di hadapan Kim Hae Rin dan di dirinya.
" Silahkan di minum " seru Joo Nara sambil duduk di kursi.
" Gomawo Joo Nara~ssi " ucap wanita itu sambil meminum seteguk teh itu.
" Joo Nara~ssi apakah kau tidak mengingatku ? " tanya wanita itu sambil menatap Nara yang juga balik menatap nya.
" Wajah anda memang tidak asing tapi saya tidak dapat mengingat dimana kita bertemu " jawab Joo Nara jujur apa ada nya.
" Kita pernah bertemu saat kau berusia 15 tahun dan juga 2 tahun yang lalu di pemakaman Alm. Ibumu " seru wanita itu tersenyum
" Omo joeseonghaeyo Ajjumeonim " ucap Joo Nara sambil membungkuk kan badan nya berkali - kali. Ia benar - benar bodoh sampai tak mengenali wajah sahabat Ibunya sendiri.
" Gwaenchana Nara~ssi, lagipula itu semua sudah lama berlalu "
" Tetap saja aku merasa sangat tak enak " sesal Joo Nara menundukkan kepala nya jujur saja ia benar - benar merasa tak enak kepada sahabat ibunya itu.
" Nara~ssi sebenar nya aku ingin menyampaikan sesuatu padamu "
Joo Nara mengangkat kepala nya menatap sahabat ibunya itu lalu berkata.
" Ne katakan saja Ajjumeonim "
" Sebenar nya saat kau dan anakku masih kecil, aku dan Ibumu membuat sebuah perjanjian " Nyonya Kim terdiam sejenak memperhatikan wajah Joo Nara yang nampak menyimak kisah nya dengan baik.
" Janji dimana kami akan menikahkan anak kami kelak saat mereka dewasa "
Joo Nara cukup terkejut mendengar nya tapi ia tetap fokus mendengarkan kisah dari sahabat ibunya itu.
" Lalu , 2 tahun yang lalu sebelum Ibumu meninggal aku mengunjunginya dan ia memberikan ku ini "
" Apa ini ? " tanya Joo Nara sambil mengambil sebuah map yang di berikan Nyonya Kim pada nya.
" Surat Perjanjian bahwa aku dan Alm Ibumu akan menikahkan anak kami berdua "
" Ibumu sudah menanda tangani nya , tapi aku belum "
Joo Nara membaca isi surat itu. Ia tak mengerti kapan kira - kira Ibunya membuat surat ini tanpa sepengetahuan dirinya. Dan surat ini legal secara hukum yang berarti jika Nyonya Kim menanda tangani nya maka ia akan menikah dengan anak Nyonya Kim.
" Mengapa Ajjumeonim belum menanda tangani nya? " tanya Joo Nara penasaran sambil meletakkan surat itu di atas meja.
" Karena aku tak ingin memaksakan kehendak jika kalian tak ingin dinikah kan . Karena, mungkin kalian sudah memiliki kekasih " jawab Nyonya Kim mengambil berkas itu dan memasukkan kembali ke dalam tas nya.
" Jadi, Ajjumeonim ingin menanyakan padaku apakah aku bersedia menikah dengan putra ajjumeonim " Sahut Joo Nara hati - hati
" Ya , seperti itu. Ku dengar kau belum memiliki kekasih semenjak hubungan mu kandas dengan mantan kekasih mu itu "
Joo Nara tersenyum pahit setiap kali orang membahas tentang hubungan nya yang sudah lama kandas. Tentang mantan kekasih nya yang memilih menikahi wanita kaya daripada dirinya yang hanya wanita sederhana.
" Pasti Eomma yang memberitahu Ajjumeonim " Kata Joo Nara berusaha menampilkan senyum nya.
" Jadi, apakah kira - kira jawaban mu Nara~ssi ? " tanya Nyonya Kim kembali dengan nada serius.
Joo Nara berpikir sejenak. Ini adalah permintaan Ibunya sebelum meninggal. Selama ini ia belum merasa sudah menjadi anak yang baik dan mampu membahagiakan Ibunya. Ia rasa tak ada salah nya menerima pernikahan ini. Ia pun tak memiliki kekasih. Dan, sudah saat nya bukan untuk dirinya membuka hati dan mencari cinta yang baru.
Nyonya Kim menunggu jawaban Joo Nara dengan harap - harap cemas berharap wanita itu mau menerima nya.
" Ya Ajjumeonim aku bersedia menerima nya selama anak anda tak menolak nya juga " jawab Joo Nara yang langsung membuat Nyonya Kim menghembuskan nafas nya lega.
" Tenang saja, putraku juga tak akan menolak aku jamin itu " Kata Nyonya Kim santai.
" Gomawo Nara~ssi , ah boleh aku minta nomor mu ? " pinta Nyonya Kim sambil memberikan handphone nya kepada wanita itu.
" Tentu saja Ajjumeonim " jawab Joo Nara mengambil handphone itu dan mengetikkan nomor nya lalu mengembalikan nya kepada Nyonya Kim.
" Sekali lagi Gomawo Nara~ssi, Jika begitu aku pamit dulu " pamit Nyonya Kim bangkit dari posisi nya
" Aku akan menghubungimu " kata Nyonya Kim sebelum benar - benar pergi meninggalkan rumah Joo Nara.
Sepeninggalan Nyonya Kim Nara kembali melanjutkan kegiatan nya yang tertunda tadi. Di dalam benak nya terus berputar - putar pertanyaan apakah ia akan menyesalinya nanti.
Setelah bertemu dengan Joo Nara Kim Hae Rin meminta sopirnya mengantarkan dirinya kekantor putra nya. Ia ingin agar putra nya cepat menikah. Ia sudah cukup tua dan ia tak tahu akan bisa bertahan berapa lama lagi hidup di dunia ini.
" Eomma " seru Nam Ji Ho kaget melihat Ibunya ada di ruangan kerja nya saat ia membuka pintu. Ia baru saja menyelesaikan meeting dengan para investor dari luar negeri.
" Adeul~ah " sahut Nyonya Kim sambil berjalan memeluk putra nya.
" ada apa eomma datang ? " tanya Nam Ji Ho sambil balas memeluk ibunya.
"Ada yang ingin Ibu bicarakan dengan mu Ji Ho~ya " kata Nyonya Kim sambil berjalan bersama putra nya menuju sofa yang ada di ruangan putra nya itu.
" Tentang ? " tanya Ji Ho penasaran.
" Eomma sudah menjodohkanmu dengan anak dari sahabat baik Eomma " seru Nyonya Kim
" MWO " teriak Ji Ho terkejut mendengar ucapan ibunya itu.
" Wae kau terkejut sekali " kata Nyonya Kim santai
" Eomma, aku belum ingin menikah " sahut Ji Ho sambil menatap Ibu nya lelah. Ia lelah karena ibunya terus - terusan meminta nya menikah. Sedangkan dirinya kekasih saja tak punya.
" Jika kau tak mencoba membuka hatimu sampai kapanpun kau tak akan siap menikah Ji Ho~ya "
" Pikirkan lah keadaan eomma yang sudah tak lagi muda. Kau pikir berapa lama eomma bisa bertahan hidup. Eomma hanya ingin melihatmu menikah dan bahagia sebelum ajal menjemput eomma " Jelas Nyonya Kim menatap anak nya penuh permohonan.
" Jangan bicara seperti itu eomma, Kau akan hidup lama " Protes Ji Ho saat ibunya membahas soal kematian lagi dan lagi.
" Ayolah adeul setidak nya temui dia dulu. Kau pasti akan menyukai nya. Ia gadis yang baik, cantik dan bisa merawatmu menggantikan eomma " Bujuk Nyonya Kim berharap anak nya mau mendengarkan nya.
Nam Ji Ho berkelut dalam pikiran nya. Ia tak memiliki kekasih. Juga ia tak ingin mengecewakan Ibunya. Ia juga belum merasa menjadi putra yang baik. Jadi , ia rasa tak ada salahnya menuruti permintaan Ibunya ini.
" Arraseo, Arraseo akan aku terima " sahut Ji Ho yang luluh pada akhirnya.
" Gomawo Adeul~ah " kata Nyonya Kim menggenggam erat tangan anak nya itu.
" Apapun asal eomma bahagia akan aku lakukan " ucap Ji Ho yang membuat Nyonya Kim merasa sangat bersyukur memiliki putra yang sangat baik dan penurut seperti putra nya.
Komentar
Posting Komentar