FF/CHAPTER/ Andante ( 안단테 ) Bab : 1





Title           : Evanesce 

Genre        : Romance, Married Life

Cathegory  :  PG-17

Cast           : - Nam Ji Ho 
                  : - Joo Na Ra






Disclaimer : Hope you like and enjoy this story. Visualisasi nya tokoh pria dan wanita nya itu Lee Dong Hae Suju dan Irene Red Velvet. Semoga kalian suka sama Visualisasi tokoh nya ^^.



















" Losing is the worst thing ever in this world "     ~ JNL ~














PROLOG ......





































and the story begins .........













Seorang perempuan muda tampak menatap sendu ke arah seorang lelaki muda yang berada cukup jauh dari tempat nya berdiri. Saat ini hujan turun dengan deras nya menyambut awal musim gugur di tahun ini. Kedua orang itu tengah berada di sebuah area pemakaman umum.


" Sebenar nya apa yang aku lakukan ? " ujar wanita itu lebih tepat nya pertanyaan kepada diri nya sendiri.


" Akankah aku menyesali nya " seru wanita itu kepada diri nya sendiri sambil terus menatap lelaki yang tubuh nya sudah sangat basah terguyur air hujan. Sudah hampir 1 jam lelaki itu tak berniat meninggalkan makam Ibu nya yang telah meninggal dunia.


" Seandai nya aku bisa menolak " ucap wanita itu lagi kali ini di sertai helaan nafas yang sangat amat berat sebelum ia berjalan menghampiri lelaki itu.



Hujan masih terus turun membasahi seluruh penjuru kota Seoul , beruntung wanita itu membawa payung yang cukup besar sehingga cukup untuk memayungi diri nya dan lelaki yang bisa dia sebut sebagai suami nya saat ini.



" Nam Ji Ho ~ ssi " seru wanita itu memanggil nama suami nya itu.


" Bukankah sudah ku minta untuk menunggu di dalam mobil Joo Nara~ssi  " Ucap lelaki itu dingin tanpa memandang kearah istri nya itu.



" Mianhaeyo , aku mengkhawatir kan dirimu yang tak juga kembali , ku pikir kau pingsan Nam Ji Ho~ssi " Joo Nara wanita itu berusaha menjelaskan alasan nya tak menunggu di dalam mobil seperti yang di perintahkan suami nya. 



" Aku tak ingin berpisah dengan Eomma " Lirih lelaki itu sambil memeluk batu nisan yang bertuliskan nama Alm Ibu nya.


" Nam Ji Ho ~ ssi , aku tahu kehilangan adalah hal terburuk yang pernah ada di dunia ini.... Tapi terlalu meratapi nya pun hanya membuat luka basah yang tak akan pernah kering. Eommanim pun pasti sangat sedih melihat mu menyiksa diri seperti ini " Joo Nara memberanikan diri memberikan nasihat kepada suami nya itu. Walau ia mungkin akan mendapatkan cacian serta makian dari suami nya yang sangat dingin ini.






" Benarkah ? " Joo Nara kebingungan saat mendengar lelaki itu tidak memberinya cacian atau makian seperti yang ia bayang kan. Melainkan sebuah keraguan yang membutuhkan sebuah kepastian.



" Kupikir begitu. Eommanim tentu tak ingin putra satu - satu nya menjadi sakit dan bersedih begitu lama " Seru ku berusaha membujuk lelaki itu agar mau ikut pulang ke rumah mereka secepat nya sebelum lelaki itu mati kedinginan.



" Baik lah, aku bisa kembali lagi ke sini besok " ujar lelaki itu seraya bangkit dari posisi berlutut nya.



" Lutut mu pasti kram karena berlutut selama hampir satu jam " ucap Joo Nara sambil memegang lengan suami nya yang akan jatuh saat bangkit dari posisi nya.


" Gomawo Nara~ssi , aku bisa berjalan sendiri sekarang " lelaki itu melepaskan genggaman istri nya dengan pelan seraya berjalan mendahului istri nya menuju mobil mereka.


Bukankah harus nya wanita dahulu yang berjalan. protes Joo Nara dalam hati sambil bergegas menyusul suami nya. Menyebut lelaki dingin itu sebagai suami nya benar - benar terasa aneh. Walau lebih banyak hal aneh dan gila yang terjadi di hidup nya baru - baru ini.



" Tunggu aku Nam Ji Ho~ ssi " panggil Joo Nara seraya berlari menyusul langkah besar milik suami nya itu. Sedang suami nya bahkan tak mau memelankan langkah nya untuk menunggu diri nya. Mereka memang menikah atas perjodohan yang dilakukan kedua orang tua mereka. Dan tak pernah ada cinta di hati kedua nya. Lalu mengapa mereka tidak menolak nya?
Mereka hanya ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tua nya.
Bukankah sangat jarang menemui anak seperti kedua nya di dunia yang semakin gila ini.







" Sebaik nya aku saja yang menyetir " Usul Joo Nara saat kedua nya telah tiba di area parkir tempat pemakaman itu.

Lelaki itu tidak berkata apapun dan langsung memberikan kunci mobil milik nya kepada wanita itu.

Dengan segera Joo Nara membukakan pintu penumpang untuk suami nya itu. Dibandingkan seorang istri ia rasa ia lebih mirip di sebut sebagai seorang pengawal.
Ia pun segera masuk kedalam kursi pengemudi sebelum suami nya marah kembali.


" Nam Ji Ho~ssi " panggil Joo Nara pelan


" apa lagi yang ingin kau katakan " Seru lelaki itu lagi dengan nada kesal dan lelah. Apakah aku secerewet itu. Tuh kan belum apa - apa saja dia sudah kena marah lagi.


" Mianhae , geunyang kau bisa mengeringkan tubuhmu dengan handuk yang telah ku siapkan di kursi belakang " Ucapku dengan nada tidak enak. Lelaki itu walaupun sikap nya dingin dan sering marah - marah tidak jelas tapi ia sebenar nya baik dan tidak pernah protes dan selalu menurut. Setidak nya itulah yang Joo Nara tahu setelah hampir 1 bulan menjadi istri lelaki itu.



Joo Nara mulai menjalankan mobil mereka menuju kearah rumah mereka yang cukup jauh dari tempat pemakaman ini. Sepanjang perjalanan tidak ada satupun pembicaraan di antara mereka setidak nya ia sudah biasa dengan hal itu. Mereka memang hanya berbicara seperlu nya atau jika memang ada sesuatu yang harus di bicarakan. Biasanya suami nya hanya akan berbicara 3 kalimat di pagi hari selamat pagi, dimana pakaian kerja ku dan aku berangkat. Just it. 1 kalimat saat malam hari aku pulang. selebih nya mereka hanya berbicara seperlu nya. Lagipula apa yang di harapkan dari sebuah pernikahan yang tidak memiliki landasan seperti itu.



Joo Nara tetap fokus mengemudi sambil sesekali melihat kebelakang melalui kaca mobil memastikan suami nya baik - baik saja saat ia menemukan lelaki itu tengah terlarut dalam lamunan nya. Suami nya pasti sangat terpukul karena orang tua satu - satu nya telah pergi meninggalkan nya untuk selama nya. Ia pun dapat merasakan kesedihan dan kehampaan yang di rasakan suami nya itu.











Mereka telah sampai di rumah saat matahari hampir terbenam. Hujan masih belum juga berhenti walau hanya terasa rintik - rintik kecil nya saja saat ini. Joo Nara hendak membuka kan pintu untuk suami nya saat di lihat nya lelaki itu sudah keluar dari dalam mobil nya dan berjalan mendahului nya lagi. Joo Nara hanya mampu menarik nafas nya pelan sambil mengucapkan mantra everything gonna be alright. Setidak nya itu bisa membuat nya cukup bersabar.



Joo Nara pun segera memasuk rumah dengan di sambut oleh para pelayan rumah nya yang membungkuk hormat kepada nya yang di balas senyum singkat oleh diri nya.


" Tolong buatkan coklat panas untuk tuan " titah Joo Nara sebelum berjalan menuju kamar milik ia dan suami nya.


Wanita itu membuka pintu kamar mereka pelan saat dilihat nya suami nya tengah membuka kemeja hitam nya yang basah.


" Mau kusiapkan air hangat untuk berendam ? " Tanya wanita itu hati - hati

" Ya , Gomawo " jawab suami nya pelan

Joo Nara segera menuju kamar mandi mereka untuk menyiapkan air hangat untuk suami nya itu.
Wanita itu menyalakan air panas yang di campur air dingin di dalam bathup sampai air terasa cuku hangat untuk di gunakan suami nya itu berendam tidak lupa ia juga mencampurkan sabun cair yang mengandung aromatherapi yang bisa membantu menenangkan suami nya yang sedang dalam masa berkabung itu. Ia juga menyalakan lilin aromatherapi beraromakan lavender. Itulah yang biasa ia lakukan saat menghadapi hal sulit dalam hidup nya.


" Sudah selesai , aku ingin mandi " Joo Nara hampir terjungkal saat mendengar suara suami nya yang tiba - tiba sudah berada di dalam kamar mandi mereka dengan hanya mengenakan handuk saja. Gosh ini benar - benar cobaan besar bagi nya. Suami nya itu sama sekali tidak jelek dan tubuh nya pun sangat indah bak model Giordino Armany.



" Nde " Jawabku cepat sebelum pikiran - pikiran aneh terus menjalar di otak ku , sebaik nya aku keluar sekarang.

Kututup pintu kamar mandi itu dan bersandar sambil memegang dada ku yang masih berdebar. apa ini kenapa ia berdebar - debar begini padahal bukan pertama kali nya ia melihat tubuh terbalut handuk milik suami nya.














Tok Tok Tok ...




Suara ketukan di pintu kamarku membuatku tersadarkan dari perasaan aneh ini. Segera ku buka pintu kamarku saat ku temukan pelayan yang tadi kumintai tolong membuatkan coklat panas untuk suamiku.


" ini coklat panas yang nyonya minta " ucap pelayan itu pelan.

" Gomawo " seru ku mengambil alih nampan berisi 2 gelas coklat panas itu. Padahal
 yang kuminta hanya satu tapi yasudah lah. Ucapku dalam hati.


" Nyonya dan Tuan ingin makan malam apa ? " Tanya pelayan itu lagi. Benar juga sudah hampir jam makan malam.


" Apa saja kami tak masalah "  Ucap suamiku tiba - tiba sudah keluar dari dalam kamar mandi. Cepat sekali ku pikir. Seperti nya mengagetkan ku adalah hobby nya sekarang.


" Baik Tuan Nyonya kalau begitu saya permisi " pelayan itupun pergi meninggalkan kamar ini.


" Ini coklat panas minumlah " seruku seraya mengangkat nampan yang ada di tangan ku.

" Nanti akan ku minum " jawab nya super duper singkat dan datar seperti biasa.


Kuletakan nampan itu di atas meja rias milik ku. Akhir nya ku putuskan untuk membasuh diri juga dan sedikit berendam mungkin untuk mengatasi kelelahan tubuh ini.


Ku ambil handuk ku dan baju tidur di dalam lemari pakaian milik ku dan segera berjalan kearah kamar mandi saat kulihat suami ku sedang duduk di tas kasur sambil memegang segelas coklat panas itu. Setidak nya ia tidak terlihat sesedih tadi. Cukup melegakan melihat nya. Tanpa sadar Joo Nara tersenyum senang sambil memasuki kamar mandi.








***












Pada akhir nya ia hanya makan malam sendiri karena saat ia keluar dari kamar mandi sang suami sudah tertidur lelap bagai bayi tanpa dosa setelah menghabiskan 1 cangkir coklat panas. Ia tidak masalah tentang itu. Toh pada akhir nya makan berdua atau sendiri pun rasa nya tetap sama . Sama - sama sunyi.




Joo Nara segera kembali menuju kamar nya setelah menyelesaikan makan malam nya sendirian. Walaupun mereka menikah karena di jodohkan dan juga tidak saling mencintai tapi mereka tetap memutuskan untuk tidur bersama sebagai pasangan suami istri.

Joo Nara merebahkan tubuh nya di samping suami nya yang sudah tertidur sejak tadi. Ia menatap suami nya sejenak saat ia rasa ada yang aneh dengan suami nya itu.

Keringat membasahi keningnya sampai ke tubuh nya dan juga wajah suami nya nampak pucat. Joo Nara meletakan tangan nya di atas kening suami nya saat di rasakan nya kening suami nya sangat panas. Oh Shit suami nya demam karena terlalu lama berdiri dalam hujan. Dengan secepat kilat wanita itu menuju ke dapur untuk mengambil wadah berisi air es dan juga handuk untuk meredakan demam suami nya ia pun mnegambil obat penurun panas. Semoga saja ia memiliki nya.












***








Joo Nara kembali dengan tangan penuh bahkan seorang pelayan pun membantu membawakan nampan berisi air putih dan obat untuk suami nya. Begini nya rasa nya merawat suami yang sedang sakit. Rasa nya campur aduk antara khawatir, kesal dan juga sedih.


" Nam Ji Ho~ssi , bangun lah " seru Joo Nara berusaha membangunkan suami nya itu sambil menggoyangkan tubuh milik suami nya.

" hhh " suami nya melenguh protes di bangunkan secara paksa begitu

" kau demam " ucap Joo Nara khawatir , sambil membantu suami nya itu duduk bersandar di dashboard ranjang mereka.

Suami nya nampak lemah dan juga lesu.


" Minumlah obat penurun panas ini, agar tidur mu lebih nyenyak " pinta Joo Nara sambil memberikan sebutir obat dan juga segelas air yang di terima tanpa protes oleh suami nya. Joo Nara menatap suami nya yang sedang meminum obat nya lalu memberikan gelas nya yang sudah kosong kepada istri nya itu.


" Gomawo ~ Nara ~ ya " ucap suami nya lembut kembali merebahkan tubuh nya.

Joo Nara terpaku di tempat nya. Apa yang baru saja ia dengar. Suami nya baru saja memanggil nya Nara ~ ya dengan nada lembut. Hati nya yang gersang seakan di siram oleh air hingga membuat bunga - bunga langsung bermekaran di hati nya. Tanpa sadar ia tersenyum sambil meletakan gelas itu keatas meja.


Suami nya sudah tertidur kembali dan Joo Nara menaikan selimut untuk suami nya sampai menutupi leher nya. Joo Nara kembali melakukan tugas nya sebagai istri yaitu mengompres kening suami nya dengan handuk dan air dingin yang sudah ia siapkan.
Seperti nya ia akan sibuk merawat suami nya setidak nya sampai deman suami nya iti benar - benar turun.


































To Be Continue












Komentar

Postingan Populer